Unsur Intrinsik Cerpen
Unsur-unsur
intrinsik karya sastra berbentuk cerpen, adalah unsur-unsur pembangun
struktur cerpen yang ada di dalam cerpen itu sendiri, yakni : (1) tema,
(2) tokoh, (3) alur, (4) latar, (5) teknik penceritaan, dan (6) diksi.
Dari
enam unsur instrinsik cerpen di atas, hanya unsur tokoh dan penokohan
saja yang dibahas dalam penelitian ini. Sehubungan dengan itu maka teori
sastra yang dikutip pada bagian landasan teori ini hanya teori tentang
tokoh dan penokohan saja.
Cerpen merupakan karya sastra yang
harus mempunyai unsur intrinsik yang disebut tokoh dan penokohan, karena
peristiwa demi peristiwa yang diceritakan di dalam sebuah cerpen, tanpa
kecuali, sudah pasti adalah peristiwa yang diandaikan sebagai peristiwa
yang dialami oleh para tokoh ceritanya. Jelasnya, tanpa tokoh mustahil
ada cerita dan tanpa cerita tak ada karya sastra.
Tokoh cerita
bisa dibedakan berdasarkan peranannya, yakni tokoh utama, tokoh
pembantu, dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang memegang
peranan penting dalam cerita. Tokoh inilah yang menjadi pendukung tema
utama dalam cerita. Berdasarkan watak yang diperankan, tokoh utama dapat
dibedakan menjadi tokoh protagonis (tokoh baik), tokoh antagonis (tokoh
jahat), tokoh wirawan/wirawati (tokoh baik pendukung tokoh protagonis),
dan tokoh antiwirawan/antiwirawati (tokoh jahat pendukung tokoh
antagonis). Dalam kasus di mana tokoh utamanya lebih dari satu orang
maka tokoh yang lebih penting disebut tokoh inti (tokoh pusat).
Para
tokoh dimaksud, lebih-lebih tokoh protagonis dan tokoh antagonisnya
harus digambarkan sebagai tokoh dengan profil yang utuh. Menurut Mido
(1994:21), tokoh utama harus digambarkan sebagai tokoh yang hidup, tokoh
yang utuh, bukan tokoh mati yang sekadar menjadi boneka mainan ditangan
pengarangnya. Tokoh cerita harus digambarkan sebagai tokoh yang
memiliki kepribadian, berwatak dan memiliki sifat-sifat tertentu.
baca selengkapnya...
Gambaran lengkap profil tokoh utama yang utuh dimaksud meliputi 3 dimensi, yakni: fisiologis, psikologis, dan sosiologis.
1.
Dimensi fisiologis, meliputi penggambaran ciri-ciri fisik tokoh
cerita, seperti: jenis kelamin, bentuk tubuh, usia, ciri-ciri tubuh,
kadaan tubuh, dan raut wajah, pakaian dan perhiasan.
2.
Dimensi sosiologis meliputi penggambaran ciri-ciri sosial tokoh cerita,
seperti: status sosial, jabatan, pekerjaan, peranan sosial, pendidikan,
kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, pandangan hidup, ideologi, agama,
aktifitas sosial, orpol/ormas yang dimasuki, kegemaran, keturunan dan
suku bangsa.
3. Dimensi psikologis meliputi penggambaran
ciri-ciri psikologis tokoh cerita, seperti: mentalitas, norma-norma
moral, temperamen, perasaan, keinginan, sikap, watak/karakter,
kecerdasan (IQ), keahlian dan kecakapan khusus.
Dalam rangka
menggambarkan dimensi fisiologis, psikologis, dan sosioloogis, para
tokoh ceritanya, para pengarang ada yang melakukannya secara langsung
dengan metode diskursif (eksplisit) dan ada pula yang melakukannya
secara tidak langsung dengan metode dramatik (implisit).
Metode
langsung (eksplisit) mengarah pada cara pengarangnya yang menyebutkan
secara langsung ciri-ciri fisik (dimensi fisioloogis), ciri-ciri fisik
(dimensi fisikologis), ciri-ciri sosial (dimensi sosial) dan ciri-ciri
psikologis (dimensi psikologis) yang dilekatkannya pada tokoh cerita.
Sementara metode tidak langsung (implisit) mengarah pada cara
mengarangnya yang tidak menyebutkan secara langsung ciri-ciri fisik
(dimensi fisiologis), ciri-ciri sosial (dimensi sosial) dan ciri-ciri
psikologis (dimensi psikologis) yang dilekatkannya pada tokoh cerita
(Mido, 1994:22-23).
Menurut Mido (1994:24-36), watak tokoh
cerita dalam metode tidak langsung (implisit) dilukiskan melalui
sejumlah deskripsi yang bersifat implisit seperti : (1) melalui
deskripsi fisik, (2) melalui deskripsi mimik dan sikap tubuh, (3)
melalui ucapan dan pikiran tokoh yang bersangkutan, (4) melalui
deskripsi perbuatan, (5) melalui dialog antara tokoh cerita, (6) melalui
deskripsi kepemilikan atas benda-benda dan lingkungan tempat
tinggalnya, (7) melalui nama tokoh, dan (8) melalui reaksi, ucapan dan
pendapat tokoh lain.
sumber:www.farhan-bjs.web.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar