14 November, 2012

pujangga lama

Pujangga Lama

Salah satu halaman HikayatAbdullah
 

 
Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat. Di Nusantara, budaya Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera bagian utara muncul karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan. Hamzah Fansuri adalah yang pertama di antara penulis-penulis utama angkatan Pujangga Lama. Dari istana Kesultanan Aceh pada abad XVII muncul karya-karya klasik selanjutnya, yang paling terkemuka adalah karya-karya Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf Singkil, serta Nuruddin ar-Raniri.[1]

08 November, 2012

contoh cerpen ....

IT MIGHT BE YOU
Karya S Nurul R
"Ups..!! seru suatu suara khas dengan nada tertahan, tepat ketika Ufaira merasa dirinya menabrak seseorang yang dikarenakan ia berjalan mundur.
dengan refleks Ufaira berbalik badan dan mengucap maaf. kedua mata indahnya sempat terperangkap dalam pesona mata elang milik Bagas, namun segera berpaling karena Adis menyerukan namanya dan melanjuti percakapan jarak jauh ala Tarzannya itu.

sejenak kemudian, Ufaira teringat moment tadi, ada perasaan indah menyelinap ke dalam relung hatinya. akan kejadian tadimata elang itu tidak seperti ingin menerkam mangsanya, melainkan tersenyum, sebuah senyum singkat yang membuat Ufaira jadi salting sendiri

contoh cerpen(bhs.inggris3)

WHO ATE THE BREAD?
By Ana Sakinah

Once upon a time, there were an old man and his son lived in a suburb. His wife has died when the boy was two years old. She got heart attack. The old man loved his son so much that he gave everything his son asked. It was because he did not want to see his son sad. He did not want to lose his only on, as he had already lost his wife. He wanted to grow his son well, so that his wife could smile.

The boy named Han. Han was sixteen and was a charming boy. He was oval-faced, thanks to his thin cheek. His eyes were as deep as the blue sea. He had a pointed nose—which shone when the sunlight passed on it. His lip was as nice as a thin cut-lemonade.

Just a week later, he would have his birthday party. The party would be the greatest party ever. All villagers would be invited to attend the party. Their house would be beautifully decorated by the professional decorators. Han’s father took his son to the most branded saloon in the city. He got his new hair-style. He also got some expensive shirts, T-shirts, and trousers that they bought in famous stores.